Rabu, 06 Oktober 2010

Kebutuhan vs. Keinginan

tadi pagi baru aja gue baca notes yang dibuat temen SMA (baca:super) gue tentang rencana kami untuk merayakan ulang tahun super yang kelima '101010'. agak sedikit miris memang, karena keadaan keuangan gue yang tidak memungkinkan. akhirnya gue pun komen di notes tersebut yang menyatakan kemungkinan ketidakhadiran gue di acara tersebut. perasaan gue saat itu sedih, jujur sedih banget. acara yang udah lama direncanakan, bertepatan dengan ulang tahun kami yang kelima dan memiliki tanggal yang sangat unik, dan gue gak bisa ikut.

selain komen di notes tersebut, gue juga sempet ngetweet untuk mengekspresikan perasaan gue.

  'sumpah, pengen banget ikut ultah super 101010, tapi beneran juga gak punya uang :(( '

gak berapa lama ada seorang temen yang merespon tweet gue dengan memberikan sedikit pencerahan buat gue. dia menawarkan untuk minjemin duitnya ke gue. beberapa temen yang lain yang membaca percakapan gue dengan dia, ikut nimbrung dengan sama-sama menawarkan bantuan. awalnya gue seneng dengan tawaran dari mereka, tapi masih ada perasaan yang mengganjal di hati gue. masak buat jalan-jalan gue sampe minjem duit ke orang lain. padahal gue juga masih punya banyak kebutuhan lain yang harus dipenuhi.

keinginan untuk mengikuti acara tersebut masih besar. dengan pikiran yang masih berkecamuk, gue menyudahi percakapan dengan mereka. beberapa saat kemudian, gue melihat bahwa ada email yang masuk di milist kelas. langsung aja gue buka email tersebut. email tersebut berisi pemberitahuan tentang adanya acara seminar dan campus recruitment yang diadakan oleh perusahaan HMS. acara tersebut bertepatan dengan acara ultah super. entah apakah itu jawaban yang diberikan oleh Allah, gue merasa bahwa acara inilah yang membantu gue membuat keputusan. gue gak akan ikut acara ultah super.

setelah membuat keputusan yang cukup memberatkan itu, gue kembali terlibat percakapan dengan teman yang tadi bersedia meminjamkan uangnya terlebih dahulu. dalam percakapan itu, gue memang masih dengan berat hati membatalkan keikutsertaan gue di acara ultah super. dengan sabar dia memberikan nasihatnya kepada gue, mana yang harusnya menjadi prioritas gue saat ini.

masa depan gue (pekerjaan) atau bersenang-senang?

dengan nasihatnya itu, gue kembali berpikir bahwa kesempatan buat jalan-jalan bareng super bisa gue lakukan lain kali. tapi, kesempatan untuk bekerja di perusahaan HMS mungkin hanya datang saat ini. sampai akhirnya gue membuat keputusan final,

' D: ya sudahlah, gue jadikan HMS itu sebagai kebutuhan dan jalan-jalan itu sebagai keinginan

S: that's what i call wise '

yup, kali ini keputusan gue sudah bulat. gue akan konsentrasi ke masa depan gue dulu, kalau nanti gue udah sukses, gue bisa bersenang-senang bareng super lagi :)

beberapa tahun yang lalu, gue mengenal pepatah yang berbunyi, 'Allah tidak pernah memberikan apa yang hambaNya inginkan, tapi Allah selalu memberikan apa yang hambaNya butuhkan'

dan hari ini gue menjadi saksi atas terbuktinya pepetah itu.

 

*terima kasih Suci buat nasihatnya :)

Senin, 04 Oktober 2010

Masa Labil

iseng karena merasa gak ada kerjaan (padahal gue belom megang proyek skripsi gue sama sekali), gue buka buka page FB temen-temen *ketauan deh kalo gue itu suka memata-matai orang (bahasa halus untuk stalker) XD. buka satu, liat wall-nya, nyengir-nyengir liat foto, komen dikit, ganti FB yang laen, melakukan hal yang hampir sama dengan yang gue lakukan dengan FB yang sebelumnya. sampe akhirnya gue tertarik dengan FB seseorang *ehem.

sekilas gue melihat profpicnya, gue kembali teringat momen beberapa tahun silam yang berhubungan dengan oknum tersebut. saat yang bersamaan, gue berpikir betapa bodohnya gue di masa itu. kenapa juga gue bisa suka sama dia. bisa nangis-nangisin tuh orang *ketauan deh gue pernah nangisin dia*

serius, saat ini gue bener-bener bingung sama sikap gue waktu itu. apa sih yang ada di otak gue dulu? kenapa gue bisa 'segitunya' ke dia? yaaa, bisa dikatakan sekarang gue menyesal. menyesal karena udah bersikap sepertu 'itu' dulu XD *nyengir

kalo Titut, Indah, atau Suci baca postingan ini, mereka pasti nyengir deh, hahaha..

Senin, 30 Agustus 2010

Tantangan Skripsi atau Cobaan Puasa

teringat perjalanan gue untuk bisa melakukan bimbingan skripsi dan minta tanda tangan buat proposal skripsi minggu lalu. penuh cobaan, rintangan, hambatan, dan itulah yang dinamakan perjuangan.

perjuangan skripsi dimulai dari hari senin. oke, proposal gue belom jadi, padahal gue udah niat mau pergi bimbingan pagi itu. akhirnya gue putuskan untuk tidak jadi pergi bimbingan, dan melanjutkan mengerjakan proposal. di saat gue sedang sibuk searching data di google, ai telpon. dia ngajak gue buat minta tanda tangan bu titik (dosen pembimbing satu -red). sempet mikir untuk gak ikut karna proposal gue belom kelar, akhirnya gue memutuskan untuk pergi bareng dia karena mikir takut gak sempet minta tanda tangan beliau.

perjalanan ke daerah grogol emang menguras energi, tenaga, pikiran, uang, dan kesabaran. gimana gak, mulai dari antrean baswe yang panjang, baswe yang penuh dan ac-nya gak kerasa (gue juga gak yakin itu ac-nya nyala), panasnya grogol, banyaknya tukang jajanan, orang-orang yang pada makan (itu suasananya kayak bukan lagi bulan puasa. suer!), nunggu balesan sms dari bu titik yang lama, nunggu lift yang penuh, naek tangga sampe lantai 3, sampe salah gedung. oke, melalui perjuangan yang sangat panjang, akhirnya gue dan ai bisa ketemu bu titik dan berhasil dapet tanda tangannya.

perjalanan kedua. rabu pagi gue memutuskan untuk pergi bimbingan ke pak nur sodiq (pembimbing sesungguhnya -red). setelah berkomunikasi via sms, diputuskan bahwa gue akan bertemu dengan beliau di gedung pegadaian pusat di daerah kramat. dengan niat tulus ikhlas gue memulai perjalanan ke kramat. dengan bekal pengetahuan daerah kramat dan tanya sana tanya sini sama petugas baswe, gue akhirnya turun di halte kramat sentiong. dan gue terperangah. jalanan menuju gedung pegadaian itu lumayan jauh, dan PANAS. oke, gue tidak akan mempermasalahkan jauhnya, tapi panasnya itu loh! dahsyat!

sampe di gedung pegadaian gue masih harus menunggu pak nur selesai meeting. yak, yang ini gak masalah karena gue menunggu di ruangan yang ber-ac. setelah menunggu lebih kurang 15 menit, gue dipanggil ke ruangan beliau. sambil menyerahkan draft proposal yang udah diprint, gue berharap-harap cemas supaya gak ada yang perlu direvisi. tapi harapan gue sia-sia, baru baca judulnya, pak nur uda nanya, "ini masih boleh dicoret-coret kan?". dengan berat hati gue mengangguk. dan otak gue cepet berpikir. yak dan judulnya pun dicoret sedikit, otomatis gue harus ubah judul di lembar pengesahan yang udah ditandatangani oleh bu titik. itu artinya, gue harus minta tanda tangan bu titik lagi. yes!

pulang dari bimbingan di gedung pegadaian, gue masih harus ke kampus buat beli kertas cover. gak lupa bikin janji (lagi) sama bu titik buat minta tanda tangan. pulang dari kampus gue memutuskan untuk naek P20. dalam pikiran gue adalah, ya hemat ongkos 1500 lah dibanding kalo gue harus naek baswe lagi. tapi ternyata itu adalah pilihan yang salah! kuningan-mampang-buncit-pejaten-pasar minggu-cilandak panas. gila-gilaan. sampe rumahpun gue cuma bisa tepar dan guling-guling di lante.

malemnya waktu gue cerita sama bokap gue bahwa judul gue direvisi sedikit, bokap gue dengan tampang innocent dan perasaan tidak bersalah bilang, "padahal hati kamu nangis kan tuh waktu pak nur nyoret judulnya". yak, bapak benar. tapi mbok ya ngasih semangat gitu loh, bukannya malah ngatain. bikin semangat gue nge-drop.

besoknya (hari kamis), gue janjian ketemu bu titik untuk minta tanda tangan di gedung maksi ui. daerah salamba. yak, saya tau. itu emang daerah panas (lagi). tapi dengan semangat yang masih membara gue membulatkan tekad. paling gak, halte baswenya tepat di depan ui, gak pake jalan jauh lagi. tapi ternyata, cobaan gak berenti datang menghampiri. kali ini ada baswe gandeng yang mogok di perempatan matraman. alhasil, baswe yang laen jadi terhambat jalannya. lama, panas, dan antrian makin panjang.

sampe di ui salemba, gue dengan ke-pede-an tingkat tinggi langsung menuju gedung belakang. karena gue udah pernah ke maksi sebelumnya, gue ngerasa gak perlu nanya satpam lokasi gedung itu. di tengah jalan, gue masih yakin dengan jalur yang gue lalui. sampe ujung dan liat parkiran, hati gue mulai menciut. kayaknya gue salah jalan nih. yak, tanpa basa basi gue ke depan lagi, dan lewat gedung tengah. masuk sambil celingak celinguk dan gue tetep gak mengenali daerah itu. keluar dari gedung, ketemu matahari lagi. dan masih pede gak mau nanya, gue lanjut aja jalannya. sampe akhirnya gue ngerasa capek muter-muter, gue ketemu mas-mas dan akhirnya memutuskan untuk bertanya. dan jawaban mas itu membuat gue semakin lemes. gue kelewatan, dan salah jalan. sempurna.

setelah mendapat petunjuk dari mas itu, gue menuju gedung maksi ui dan naik ke lantai 2 (makasi maksi, karena tidak menyediakan eskalator). ketemu bu titik, basa basi sebentar, dan bu titik komentar. "padahal cuma tanda tangan 3 lembar ya, din. tapi kok susahnya minta ampun". ya, itu juga yang ada di kepala saya bu. kalo gak malu, pengen rasanya garuk garuk meja.

selesai minta tanda tangan (yang cuma) 3 lembar itu, gue memutuskan untuk sholat dzuhur dulu di maksi ui. selesai sholat, gue keluar gedung dan melihat tempat parkir yang sama seperti yang gue lihat pertama kali. laaa laaa laaa, senangnya hatiku karena ternyata jalur yang gue lewati pertama kali itu udah bener, tinggal belok sedikit, dan gue malah muter-muter ke depan.

keluar dari komplek ui salemba, badan gue uda lemes luar biasa, ditambah sengatan matahari yang kayaknya gak ada kompromi buat gue. tenggorokan kering, setan datang menggoda. air, air, saya butuh air. bahkan saking ausnya, gue pun ngiler liat botol teh botol kosong. luar biasa memang godaan saiton. dengan tetap menguatkan iman, gue pun naik baswe menuju rumah (untung gak perlu ke kampus lagi). dan yah,  seperti bisa ditebak. gue pun kembali hanya bisa berguling-guling di rumah untuk menghilangkan hawa panas yang masih nempel di badan.

yang ada di otak gue waktu itu dan masih ada hingga saat ini adalah, apakah itu tantangan untuk bisa menjadi seorang sarjana? ataukah cobaan dalam menjalankan ibadah puasa? menurut gue jawabannya adalah DUA DUANYA!

gue hanya bisa berdoa semoga Allah  SWT selalu meridhoi segala usaha yang sudah gue lakukan. amien :)

Jumat, 20 Agustus 2010

--- Mbak Nita ---

Awal gue mengenal dia adalah Bulan Januari 2010. Waktu itu gue diminta tolong oleh Bu Lila untuk bantu-bantu di acara seminar yang diadakan oleh kantor beliau. Kesan pertama yang gue tangkep adalah, mbak yang satu ini pasti caur. Dan ternyata feeling gue gak salah. Dia emang caur, sangat caur kalo boleh dikatakan.

Yeah, namanya Mbak Nita.

Gue seneng berteman dengan dia. Bukan, bukan karena dia suka nraktir. Bukan juga karena dia pernah beliin gue buku. Tapi karena dia menyenangkan. Karena dia mau berteman dengan gue yang notabene masih bocah. Dan yang terpenting, dia selalu rendah hati.

Beberapa minggu yang lalu, gue mendengar kabar yang mengejutkan dari Mbak Dian (salah satu temen Mbak Nita di kantor -red). Mbak Nita mau pindah kerja. Ke Cikarang. Awalnya sempet gak percaya. Bukan, bukan karena gue lebay dan gak mau kehilangan Mbak Nita. Tapi karena awalnya gue pikir Mbak Dian bercanda. Setelah gue bertanya langsung ke pihak yang bersangkutan, gue baru percaya. Ya, Mbak Nita emang mau pindah kerja. Tiga minggu lagi tepatnya.

Selama hampir delapan bulan gue mengenal dia, banyak pelajaran yang dia kasih ke gue. Seperti minggu lalu saat gue, Indah, dan Mbak Nita buka puasa bareng di salah satu tempat makan di sekitar kampus. Bisa dikatakan itu adalah saat-saat terakhir kebersamaan kita (mellow dikit, hee..).

Di momen itu, Mbak Nita banyak cerita (ciri khas dia, bawel dan suka ngomong. hee..) Dia bilang dunia kerja itu beda banget sama dunia kuliah. Kalo waktu kuliah lo nemuin temen yang suka cari muka di depan dosen, dan menurut lo itu merupakan hal yang nyebelin, maka di dunia kerja mungkin lo akan bertemu orang yang lebih nyebelin dari itu. Kalo di dunia perkuliahan lo pernah ngalamin 'sikut-sikutan' sama temen supaya bisa mendapatkan hasil terbaik, maka di dunia kerja hal itu akan lebih sering lo alami.

Ya, gue rasa itu bener. Dan nasehat Mbak Nita yang paling gue inget adalah, jangan pernah lupa untuk ucapkan kata tolong ketika kita memang membutuhkan bantuan orang lain dan jangan lupa ucapkan terima kasih saat kita sudah menerima bantuan.

Hari ini, hari pertama Mbak Nita di kantor baru. Gue berharap Allah selalu memberikan dia kemudahan untuk hidupnya. Amien.


Note:
Tulisan ini gue dedikasikan untuk Mbak Yunita Pratamasari atas pertemanan kita selama ini. Makasi karena sudah menjadi teman dan kakak yang baik. Sukses selalu ya Mbak :)

Minggu, 15 Agustus 2010

Valentino Rossi


Dari pertama kali gue tau MotoGP (sekitar tahun 2001), gue sudah terpukau dengan nama Valentino Rossi. Dan ketika gue sudah mengerti tentang MotoGP, gue yakin bahwa Valentino Rossi adalah seorang legenda MotoGP.

Sembilan tahun berlalu sejak pertama kali gue mengagumi sosok Rossi. Hingga kini gue merasa bahwa gue semakin mengagumi sosoknya.

Bukan karena dia sudah sembilan kali menjadi juara dunia.
Bukan pula karena ketampanan wajahnya.

Tapi karena kemampuan dia untuk memaksimalkan bakat yang sudah Tuhan berikan kepadanya.
Karena sifatnya yang tidak pernah mau menyerah.
Karena sifatnya yang selalu berjuang sampai garis finish.
Karena sifat rendah dirinya.
Karena sifat humornya.
Karena kebiasaannya merayakan kemenangannya.
Dan karena kemampuannya untuk membuat balapan menjadi sangat menarik.

Ya, kemampuannya yang terakhir lah yang membuat gue menjadi tergila-gila padanya.

Gue yakin dengan kemampuan alami yang dia punya, ditunjang dengan kemampuan tunggangannya, ia bisa saja melesat jauh meninggalkan para pesaingnya saat ia sedang memimpin balapan. Tapi dia gak pernah melakukan itu.

Belum ada pembalap yang bisa membuat balapan menjadi sangat menarik saat pembalap itu berada di posisi terdepan kecuali Valentino Rossi.




Rabu, 11 Agustus 2010

Teman? Masih kenal aja udah bagus :D

Beberapa saat yang lalu, gue terlibat perbincangan dengan seorang teman, namanya Titut (maap ya sebut merk). Dia cerita kalo dia lagi kesel sama salah seorang dari temen kita berdua (sebut saja dia Fulan). Titut merasa bahwa sekarang sikap Fulan berubah. Entah hanya kepada dia, atau mungkin juga sikapnya ke orang lain.

Dari percakapan itu, gue kembali teringat dengan berbagai percakapan gue dengan Fulan beberapa bulan belakangan ini. Gue pun merasakan bahwa ada yang berubah dari diri Fulan, entah apa itu. Fulan yang sekarang, jauh berbeda dengan Fulan yang dulu gue kenal. Entah cuma perasaan gue atau tidak, tapi gue merasa bahwa sikap dia hanya berubah terhadap gue dan mungkin juga terhadap Titut. Gue tidak merasakan perubahan sikap dia ke temen-temen yang lain. Entah kata apa yang tepat untuk menggambarkan dia sekarang. AROGAN? Gue rasa kata itu tidak terlalu tepat untuk menggambarkan sosok Fulan saat ini. Tapi gue merasa bahwa kata itu cukup bisa mendeskripsikan sifat Fulan saat ini.

Gue juga gak ngerti kenapa terkadang dia bisa seenaknya bersikap ke gue. Hari ini dia baik, besok dia cuek. Pagi ini dia ramah, siangnya dia garang. Apa kata yang tepat untuk menggambarkan orang yang bersikap seperti itu ke kita? Teman. Apakah kata itu cukup tepat?

Apakah seorang teman akan bersikap seolah dia tidak mengenal kita jika suatu ketika bersimpangan jalan di koridor kampus?

Apakah seorang teman tidak peduli dengan sms dari kita padahal dia tau bahwa jawaban dari sms itu sangat penting untuk kita?

Apakah seorang teman tidak peduli dengan kritik kita padahal mungkin dia tau bahwa dia salah?

Gue anggap dia teman karena gue selalu bersikap ramah sama dia bagaimanapun suasana hati gue,

Gue anggap dia teman karena gue selalu berusaha membalas sms dari dia ketika gue tau bahwa dia sangat membutuhkan jawaban dari sms itu,

Gue anggap dia teman karena gue berusaha memperbaiki diri setelah mendapat kritik dari dia.

Tapi apakah gue di mata dia?

Apakah dia juga mengganggap gue sebagai temannya?

Dulu iya, sekarang? Entahlah.

Dia masih kenal gue aja udah bagus :D

Senin, 12 Juli 2010

Renungan Malam

Sekedar ingin mengisi waktu luang yang gue punya (walaupun sebenernya udah dikejar-kejar buat nyelesai-in proposal skripsi)

Yeah, oke saya dikejar oleh deadline proposal skripsi!

Akhirnya gue merasakan akibat dari kebiasaan buruk gue, yaitu suka menunda-nunda menyelesaikan pekerjaan. Proposal skripsi yang harusnya bisa gue cicil kerjain dari bulan lalu, gak pernah gue sentuh. Sampai akhirnya di saat temen-temen gue sudah bisa rehat sejenak menikmati libur sambil menunggu waktu pengerjaan skripsi, yang gue lakukan adalah heboh dengan proposal skripsi yang baru mau gue kerjain.

Dan, gue semakin terpuruk (bahasa lebaynya) ketika membaca status YM temen gue yang bunyinya adalah,

'kesuksesan tidak akan lahir dari orang yang malas'

Oke, saya tertampar. Gue bisa artikan status itu ke dalam bahasa gue. Bahwa, jangan berharap jadi orang sukses deh, kalo lo males.

Ya, ya, ya.

Gue sadar, bahwa gue males.

Gue sadar, bahwa selama ini gue sudah menjadi orang yang sangat merugi.

Gue sadar, bahwa selama ini gue udah nyia-nyiain waktu yang udah Allah kasih ke gue buat hal-hal yang kurang bermanfaat.



Oke, gue dapet dua poin penting malam ini.

1. Kalo mau sukses jangan males; dan

2. Kalo mau sukses jangan suka nunda-nunda pekerjaan.


Terima kasih buat temen gue Ika Merdekawati yang sudah 'menampar' gue dengan statusnya itu.

James Franco



James Edward Franco

Rabu, 16 Juni 2010

Hmmm,,

Apa yang bisa saya lakukan untuk mengisi waktu luang?
*apa sebenernya saya punya waktu luang?

Belajar, Din..
Senin itu, kamu UAS!

Selasa, 18 Mei 2010

My Uncle's Wedding Party

Jakarta, 13 Desember 2009



~~semoga menjadi keluarga yang sakinah, mawaddah, warrahmah~~

Rabu, 12 Mei 2010

BULUTANGKIS

Setelah sekian lama gak maen bulu tangkis lagi, sekitar sebulan yang lalu gue nonton film King di salah satu stasiun TV swasta. Film tersebut mengangkat kisah seorang anak laki-laki yang diasuh hanya oleh ayahnya karena ibunya sudah meninggal. Gue merasa kisah anak itu hampir sama dengan kisah gue, di mana Ayah/Bapak kita masing-masing menginginkan kami, anaknya, menjadi seorang pemain bulu tangkis profesional.



Terinspirasi akan kisah yang diceritakan oleh film tersebut, gue kembali mengingat kisah yang gue alami sekitar 12 tahun yang lalu.

Masih jelas diingatan gue, setiap Minggu pagi dan sore gue harus berlatih bulu tangkis. Yaaaa, walaupun gue belom masuk ke dalam salah satu klub bulu tangkis, latihan di bawah pengawasan bokap gue sendiri sudah cukup membuat gue yang pada waktu itu berumur sekitar 8 tahunan sering ngerasa males dan capek. Sering kali gue mencari alasan untuk bisa mangkir dari latihan rutin tersebut. Macam-macam alasan yang waktu itu gue (bocah 8 tahun) kemukakan. Capeklah, libur dulu aja deh, pagi ini gak usah latian, kita latiannya sore aja, dan masih banyak lagi alasan yang lain.

Sekali dua kali, alesan yang gue kemukakan bisa diterima sama bokap gue. Tapi, yang namanya manusia pasti memiliki batas kesabaran. Oke, bokap gue akhirnya marah. Puncaknya adalah saat suatu Minggu pagi (gue lupa tepatnya kapan), hal yang masih gue inget sampe sekarang adalah, waktu itu gue pengen banget nonton film kartun Doraemon. Sedangkan bokap gue nyuruh gue latian bulu tangkis karena emang udah cukup lama gue gak latian.

Yang namanya bocah, kalo lagi pengen nonton kartun pasti gak bisa dicegah. Jadilah pagi itu gue latian dengan males-malesan. Gue tau, gue maen api. Akhirnya, karna udah saking keselnya, bokap gue m*k*l kaki gue dengan raket bulu tangkis. Apa hasilnya? Kaki gue merah, gue nangis, gue lari pulang, dan gue ngadu ke nyokap. Saat itu, nyokap cuma bisa ngelus-ngelus dan ngobatin kaki gue. Yeah gue sadar, gue yang salah.

12 tahun berlalu setelah kejadian itu. Menonton perjuangan Tim Thomas dan Uber Indonesia seminggu ini, mengingatkan gue akan memori masa lalu itu. Baru terbersit dalam khayalan gue, seandainya waktu itu gue latian dengan baik dan semangat, mungkin gue bisa ikut membela Indonesia dalam perebutan Piala Uber kemaren. Seandainya waktu itu gue mengikuti perintah bokap gue dengan ikhlas, mungkin saat ini gue bisa dengan bangga memamerkan puluhan medali yang berhasil gue dapatkan.

Yah, seandainya saja :)

Senin, 26 April 2010

Belajar Masak

Di postingan gue sebelum ini *beberapa menit yang lalu* padahal gue sudah bertekad buat menyingkirkan penyakit malas yang selama ini menjangkiti gue. Tapi ternyata gue belom bisa mewujudkannya. Buktinya adalah, saat ini gue malah asik nge-blog dan gak dengerin dosen gue ngejelasin di depan kelas *maaf yaa pak*

Tapi menurut gue, untuk yang satu ini gue tidak menghamburkan waktu yang gue miliki dengan hal-hal yang tidak bermanfaat.

Sabtu kemaren, tepatnya tanggal 24 April 2010, hari di mana gue berada di rumah seorang diri. Nyokap, as usual di warung. Bokap, di kantor. Dan adek gue, seperti biasa ngintil kemanapun bokap gue pergi. Pagi itu gue sarapan nasi ditemani oleh telor dadar tebal yang memang sudah menjadi menu pasti gue di sabtu pagi. Gak kayak biasanya, sabtu yang lalu nyokap cuma nyisain sedikit telor dadar buat gue, sisanya dibawa ke warung buat dijual. Dalam benak gue, gak papa deh. Sekali-sekali masak lauk sendiri buat makan siang gak ada salahnya. Menu pun sudah ada di benak gue. Masih seputar mie juga sih, mie goreng toge pedes.


(mie goreng dalam hayalan gue)

Oke, bahan udah ada semua, alat juga sudah tersedia. Saat perut ini mulai kruyuk-kruyuk minta diisi lagi, mulailah gue berjibaku di dapur dan meramu semua bahan-bahan di atas untuk menghasilkan menu yang sudah gue rencanakan. Beberapa menit kemudian,

eng ing engggg, jadilah Mie Goreng Toge Pedes ala Dinna.

Dengan semangat membara, gue mulai makan siang. Gue gak curiga sama sekali dengan rasa masakan ciptaan gue, karena gue sudah beberapa kali menghasilkan beberapa produk makanan dengan rasa yang menurut gue 'beda tipis' dengan masakan nyokap gue. Baru satu sendok yang masuk mulut, dan gue sudah memutuskan untuk tidak melanjutkan makan siang dengan lauk mie goreng toge pedes itu. Kalau boleh jujur, rasanya sungguh gak karuan. Menn, ternyata masak itu sangat susah. Nyesel banget deh kalau kadang-kadang gue suka gak mau makan di rumah dengan alasan bosen sama menunya. Padahal nyokap atau bokap udah masakin susah-susah dan penuh dengan perasaan sayang ke gue. *Ibu, maaf yaaa.. masakan ibu emang yang paling enak dehh*

Setelah itu pun gue akhirnya memutuskan buat keluar cari makan siang. Pilihan gue pastinya jatuh ke Mie Ayam. Betapa cintanya gue dengan makanan yang satu itu. Slurrrrppp :9

Tentunya dengan tidak membuang makanan yang udah susah payah gue buat itu, akhirnya gue memutuskan buat ngasih mie itu ke ayam-ayam yang berkeliaran di depan rumah gue *semoga abis makan mie goreng toge pedes buatan gue mereka gak pada mules dan akhirnya mati* Paling gak gue gak buang-buang makanan, gue kan ngasih makan ayam. Sedekah juga gitu kan yaaa... xD

Mulai sekarang, gue janji gak akan buang-buang makanan lagi. Gak akan ngambek sama nyokap gue kalo dikasih lauk nugget lagi. Gak akan ngedumel kalo nyokap masak ayam goreng-sayur bayem lagi. Karena masakan nyokap gue rasanya sangat luar biasa di lidah.. *beda sama masakan racikan gue yang kemaren*

*makasih ya Bu, selama ini udah masakin Dinna masakan yang enak dan sehat. Sayang Ibu selalu, cupp cupp muaachh muaachh*

Malasnya aku ini, Ya Allah

Beberapa hari yang lalu, saya memiliki niat untuk mengubah hidup saya. Bukan perubahan yang drastis memang, tapi paling tidak saya harus mengurangi sifat malas yang sepertinya selalu menempel pada diri saya. Change your life, Din!

Namun, agaknya penyakit malas masih saja senang menjangkiti saya. Entah siapa yang salah, penyakit malas itu atau memang saya yang tidak bisa menjaga diri saya sehingga bisa dijangkiti penyakit malas itu selama ini, hingga beberapa saat yang lalu salah seorang teman saya bertanya tugas apa yang akan saya selesaikan terlebih dahulu. Skripsi atau Laporan Magang?

Agak terkesima saat saya mendengar pertanyaannya. Jujur saja, selepas UTS saya merasa seperti sudah tidak memiliki kewajiban kuliah lagi. Padahal seperti yang sudah diketahui bersama, begitu banyak tugas yang masih menunggu saya dan teman-teman sekelas. Laporan magang, UAS, dan juga skripsi *ya ampun, masih banyak banget ternyata*

Akhirnya mau tidak mau saya memikirkan hal-hal apa saja yang sudah saya lakukan selama dua minggu terakhir ini. Di mana saya memutuskan untuk cuti magang dan berencana fokus pada UTS. Apa hasilnya? Do nothing. Saya tidak melakukan apa-apa, dan akhirnya saya tidak menghasilkan apa-apa. Sungguh suatu hal yang sangat memalukan.

Malu pada siapa? Malu pada diri sendiri.

Malu karena apa? Malu karena tidak bisa menepati janji pada diri sendiri.

Kalau janji pada diri sendiri saja sudah tidak bisa ditepati, bagaimana dengan janji kita dengan orang lain? Kalau untuk kebaikan sendiri saja saya sudah malas, bagaimana jika hal itu untuk kebaikan orang lain?

Lalu apa gunanya jika saya hanya berkeluh kesah di sini dan tidak berusaha untuk memperbaiki diri sendiri? Apa gunanya jika saya hanya meneriakan semangat untuk berubah jika tanpa ada tindakan nyata untuk mengubahnya?

Change your life, Din! NOW!

Minggu, 07 Februari 2010

Merpati Putih, My 2nd Home

Kalau ada yang bisa disebut rumah kedua, itulah UKMA Merpati Putih Universitas Bakrie (UB) atau dahulu dikenal sebagai Bakrie School of Management (BSM). Buat gue, UKMA yang satu ini emang gak ada matinya.



Perjalanan kami dimulai sejak Mei 2008

Latihan adalah kegiatan rutin yang selalu kami lakukan. Seminggu sekali kami pasti melakukannya bersama-sama. Aba-aba dari pelatih, atau yang biasa kami sebut dengan panggilan ‘Mas’, selalu membahana setiap kali kami latihan. Pegal, sakit, ngilu, panas, adalah hal biasa yang akan kami rasakan pada saat dan setelah latihan. Namun, itu bukan menjadi halangan kami untuk terus mengikuti aba-aba dari Mas Ketut dan Mas Gatot, di samping Mas Edi yang selalu memantau perkembangan kami.

Jika ada hal lain yang bisa gue banggakan dari UKMA ini adalah, salah satu dari anggota MP ini adalah Pak Imbang a.k.a Mas Imbang (dalam organisasi MP, kami memang wajib untuk memanggil senior dengan sebutan Mas/Mbak), beliau adalah salah satu dari petinggi UB. Kalau mungkin di kampus ada beberapa mahasiswa yang segan untuk menyapa beliau, hal itu tidak berlaku jika kami sudah berkumpul untuk berlatih bersama. Mas Imbang pun tidak akan ragu untuk mengeluarkan joke-joke khasnya.

Beberapa bulan latihan bersama, kami bersiap untuk menyambut kehadiran junior kami. Rajin berlatih beberapa jurus dan gerakan, juga ditambah dengan kemampuan untuk mematahkan beberapa material selalu kami lakukan untuk kami tampilkan di acara EXPO 2008. Ternyata kelihaian kami menarik perhatian beberapa di antara mereka, dengan begitu bergabunglah mahasiswa UB angkatan 2008 ke dalam lingkaran kekeluargaan MP UB. Kehadiran mereka semakin menambah semarak dan menguatkan tali kekeluargaan kami.

Tidak beberapa lama dari kehadiran 08, kami, anggota 07 bersiap untuk mengikuti ujian kenaikan tingkat. Jujur, yang gue rasain adalah ‘deg-degan’. Ujian fisik dan mental harus kami lalui untuk bisa naik tingkat. Dengan semangat yang sepertinya tidak akan pernah habis, kami berhasil melalui hal tersebut. Hujan deras menutup hari itu, alam seakan menyambut keberhasilan kami.

Bukan hanya kegitan latihan rutin yang menyatukan kami. Kegiatan-kegiatan di luar latihan lah yang sebenarnya membuat tali kekeluargaan kami semakin erat. Acara-acara seperti buka puasa bersama saat Bulan Ramadhan menjadi agenda rutin tiap tahun. Malam keakraban menjadi puncak dari kegiatan-kegiatan yang semakin menambah erat hubungan di antara kami. Bukan hanya antar anggota, tapi juga antara kami dan para pelatih kami yang selalu sabar menghadapi kami jika kejenuhan mulai melanda, hingga kami sering bolos latihan, (maaf ya mas edi, mas gatot, dan mas ketut). We really love all of you,,



Ujian kenaikan tingkat yang kedua, menjadi pertanda bahwa kebersamaan kami sudah terjalin cukup lama. Dilaksanakan di Binus, semakin menambah jumlah saudara yang kami miliki. Anggota MP yang berasal dari Binus membuka lebar tangan mereka atas kehadiran kami di sana. Sungguh suasana yang luar biasa.



Pesan khusus gue buat para pelatih:
‘Mas, kalo belakangan ini saya gak pernah latihan, bukan berarti saya gak mau. Tapi memang karna saya gak bisa. Kebersamaan yang udah kita lalui selama hampir dua tahun ini, sangat berkesan buat kami semua, terutama buat saya. Saya bener-bener menemukan keluarga baru di sini. Merpati Putih, rumah kedua buat saya’

Sungguh bukan hal yang berlebihan jika gue dengan bangga memperkenalkan Merpati Putih sebagai keluarga gue. Rumah, rumah gue yang kedua :)

Kamis, 04 Februari 2010

Training bersama Bapak-bapak #2

Universitas Bakrie, Februari 2010

Hari ini, sebenernya bukan jadwal gue untuk membantu Bu Lila di training bareng DVG. Berhubung notulen sebenarnya sedang berhalangan, jadilah gue yang menggantikan tugas dia.


As usual, training dimulai dengan senam pagi. And finally, I saw a new style! Bosannya liat gerakan senam bulan lalu. After the stretching, Mr. Marihot memulai diskusi membahas PDCAT. What? Apa pula tuh? Gak ngerti sama sekali, karena gue gak ngikutin training ini dari hari pertama.


Suasana kelas yang dingin dan hening, membuat mata gue mulai menutup sayu. Wah, ini bukan suasana training yang gue harapkan. Gue mau yang heboh, yang rame, dan bermanfaat. Dengan sabar gue menunggu suasana mencair. Semenit, lima menit, setengah jam, hampir lima jam berlalu, dan still nothing.


Hampir hopeless, saat tiba-tiba seseorang nge-YM-in gue. Gak pernah ada dalam imajinasi gue sekalipun, kalo orang itu bakal ngajak ngomong gue duluan. Faktanya, tadi kita ngomongin (cukup) banyak hal. This is the first time I talked much with him. :)


Oke, kembali ke masalah training. Dengan rasa kantuk yang sedikit berkurang karena datangnya sumber semangat, gue kembali memperhatikan training. Belum juga ada perubahan suasana yang berarti.


Hal yang gue harapkan itu baru terwujud setelah istirahat makan siang. Bapak-bapak ini dengan semangat membuat pesawat-pesawatan untuk kemudian mereka terbangkan. Tidak terlalu sulit untuk mereka kerjakan. Yang mengubah suasana adalah, hebohnya bapak-bapak itu. Suaranya itu loh, gak nahan. Kenceng bener.. Kayak anak TK dikasih maenan baru. :D


Melihat orang bahagia, bisa membuat diri kita bahagia. Oleh karena itu, bagikan kebahagiaan yang kita miliki kepada orang lain :)

Rabu, 03 Februari 2010

Mahasiwa (Akuntansi)?

Rabu, 3 Februari 2010

Kampus Universitas Bakrie, 2:50 p.m

Berada di kesunyian yang disediakan oleh ruang perpustakaan, membawa ingatan-ingatan tentang masa-masa yang sudah terlewati. Masa-masa ketika saya baru menginjakan kaki di bangunan ini. Menjadi mahasiswa baru di Universitas ini.

September 2007,

Melangkahkan kaki dengan penuh keyakinan dan semangat untuk memulai suatu aktivitas baru. Ya, mahasiswa akuntansi. Semangat ingin membahagiakan orang tua, semangat ingin memberikan pembuktian kepada 'seseorang' yang bisa dikatakan cukup membuat kehidupan SMA saya, dan 19 orang teman-teman 'seperjuangan' saya menjadi berantakan, semangat ingin menjadi seseorang yang bisa bermanfaat bagi Bangsa dan Negaranya. :)


Seiring dengan berjalannya waktu, hidup saya disibukan dengan yang namanya tugas dan kuliah. Tetap memiliki sedikit waktu untuk bersenang-senang.

Dua tahun berlalu dari masa-masa itu. Kini yang terjadi pada diri saya adalah, tidak tercapainya seluruh harapan yang sejak awal telah saya rencanakan. Menjadi mahasiswa akuntansi memang tidak seindah yang saya bayangkan. Hal tersebut, (pasti) dikarenakan oleh kemalasan yang belum (bisa) saya hilangkan.


Coba saja anda bertanya kepada saya, apakah itu GL (General Ledger)? Mungkin saya akan berpikir dengan keras untuk bisa menjawab pertanyaan itu. Pertanyaan yang harusnya bisa dengan mudah dijawab oleh mahasiswa jurusan akuntansi.


Mungkin saya seharusnya kuliah di jurusan komunikasi. Atau mungkin di psikologi. Hal itu selalu terlintas dalam benak saya dalam beberapa hari belakangan ini. Mengingat saya sudah dikejar-kejar deadline untuk merampungkan skripsi saya. Namun, alangkah meruginya saya jika waktu yang tersisa ini saya gunakan hanya untuk menyesali keputusan saya kuliah di jurusan akuntansi.


Tiga bulan
Waktu yang tersisa untuk bisa menyelesaikan skripsi saya.


Tiga bulan.
Waktu yang tersisa untuk saya bisa kembali mewujudkan mimpi-mimpi dan semangat masa lalu.

Tiga bulan.
Waktu yang tersisa untuk saya bisa dengan bangga menyebutkan "Saya, mahasiswa akuntansi".

Senin, 01 Februari 2010

Finally :)

Finally!

Itu adalah satu kata yang bisa gue ucapkan saat ini, sesaat setelah akhirnya gue bisa mewujudkan keinginan untuk memiliki blog. Keinginan yang sebenernya udah ada dari kapan tau, tapi baru bisa terealisasi saat ini (padahal sebenernya lagi banyak-banyaknya tugas dan semuanya dikejar sama deadline).

Blog ini juga terealisasi setelah dapet masukan dari temen-temen di www.indonesia.youthsays.com (coba deh situs ini, menyenangkan bisa bertukar pikiran dengan banyak orang dari seluruh penjuru Indonesia). Waktu itu sempet minta saran gimana caranya menghilang BT tanpa harus marah-marah sama orang lain yang mungkin bukan sumber kekesalan kita. Ada beberapa temen yang menyarankan untuk menumpahkannya lewat tulisan. Setelah dipikir dan dipikar, boleh juga tuh usulnya. Karena sebelumnya juga gue pernah sempet bikin 'novel-novelan' yang sampe sekarang belom tamat-tamat. Terus gue sempet coba untuk menulis beberapa kali di dalam buku *kalimat-kalimat konyol sih*. Terus, tadi gak sengaja baca blog temen dan semakin besarlah keinginan untuk membuat blog.

And voila..

This is my imagination, this is my world.