Rabu, 06 Oktober 2010

Kebutuhan vs. Keinginan

tadi pagi baru aja gue baca notes yang dibuat temen SMA (baca:super) gue tentang rencana kami untuk merayakan ulang tahun super yang kelima '101010'. agak sedikit miris memang, karena keadaan keuangan gue yang tidak memungkinkan. akhirnya gue pun komen di notes tersebut yang menyatakan kemungkinan ketidakhadiran gue di acara tersebut. perasaan gue saat itu sedih, jujur sedih banget. acara yang udah lama direncanakan, bertepatan dengan ulang tahun kami yang kelima dan memiliki tanggal yang sangat unik, dan gue gak bisa ikut.

selain komen di notes tersebut, gue juga sempet ngetweet untuk mengekspresikan perasaan gue.

  'sumpah, pengen banget ikut ultah super 101010, tapi beneran juga gak punya uang :(( '

gak berapa lama ada seorang temen yang merespon tweet gue dengan memberikan sedikit pencerahan buat gue. dia menawarkan untuk minjemin duitnya ke gue. beberapa temen yang lain yang membaca percakapan gue dengan dia, ikut nimbrung dengan sama-sama menawarkan bantuan. awalnya gue seneng dengan tawaran dari mereka, tapi masih ada perasaan yang mengganjal di hati gue. masak buat jalan-jalan gue sampe minjem duit ke orang lain. padahal gue juga masih punya banyak kebutuhan lain yang harus dipenuhi.

keinginan untuk mengikuti acara tersebut masih besar. dengan pikiran yang masih berkecamuk, gue menyudahi percakapan dengan mereka. beberapa saat kemudian, gue melihat bahwa ada email yang masuk di milist kelas. langsung aja gue buka email tersebut. email tersebut berisi pemberitahuan tentang adanya acara seminar dan campus recruitment yang diadakan oleh perusahaan HMS. acara tersebut bertepatan dengan acara ultah super. entah apakah itu jawaban yang diberikan oleh Allah, gue merasa bahwa acara inilah yang membantu gue membuat keputusan. gue gak akan ikut acara ultah super.

setelah membuat keputusan yang cukup memberatkan itu, gue kembali terlibat percakapan dengan teman yang tadi bersedia meminjamkan uangnya terlebih dahulu. dalam percakapan itu, gue memang masih dengan berat hati membatalkan keikutsertaan gue di acara ultah super. dengan sabar dia memberikan nasihatnya kepada gue, mana yang harusnya menjadi prioritas gue saat ini.

masa depan gue (pekerjaan) atau bersenang-senang?

dengan nasihatnya itu, gue kembali berpikir bahwa kesempatan buat jalan-jalan bareng super bisa gue lakukan lain kali. tapi, kesempatan untuk bekerja di perusahaan HMS mungkin hanya datang saat ini. sampai akhirnya gue membuat keputusan final,

' D: ya sudahlah, gue jadikan HMS itu sebagai kebutuhan dan jalan-jalan itu sebagai keinginan

S: that's what i call wise '

yup, kali ini keputusan gue sudah bulat. gue akan konsentrasi ke masa depan gue dulu, kalau nanti gue udah sukses, gue bisa bersenang-senang bareng super lagi :)

beberapa tahun yang lalu, gue mengenal pepatah yang berbunyi, 'Allah tidak pernah memberikan apa yang hambaNya inginkan, tapi Allah selalu memberikan apa yang hambaNya butuhkan'

dan hari ini gue menjadi saksi atas terbuktinya pepetah itu.

 

*terima kasih Suci buat nasihatnya :)

Senin, 04 Oktober 2010

Masa Labil

iseng karena merasa gak ada kerjaan (padahal gue belom megang proyek skripsi gue sama sekali), gue buka buka page FB temen-temen *ketauan deh kalo gue itu suka memata-matai orang (bahasa halus untuk stalker) XD. buka satu, liat wall-nya, nyengir-nyengir liat foto, komen dikit, ganti FB yang laen, melakukan hal yang hampir sama dengan yang gue lakukan dengan FB yang sebelumnya. sampe akhirnya gue tertarik dengan FB seseorang *ehem.

sekilas gue melihat profpicnya, gue kembali teringat momen beberapa tahun silam yang berhubungan dengan oknum tersebut. saat yang bersamaan, gue berpikir betapa bodohnya gue di masa itu. kenapa juga gue bisa suka sama dia. bisa nangis-nangisin tuh orang *ketauan deh gue pernah nangisin dia*

serius, saat ini gue bener-bener bingung sama sikap gue waktu itu. apa sih yang ada di otak gue dulu? kenapa gue bisa 'segitunya' ke dia? yaaa, bisa dikatakan sekarang gue menyesal. menyesal karena udah bersikap sepertu 'itu' dulu XD *nyengir

kalo Titut, Indah, atau Suci baca postingan ini, mereka pasti nyengir deh, hahaha..

Senin, 30 Agustus 2010

Tantangan Skripsi atau Cobaan Puasa

teringat perjalanan gue untuk bisa melakukan bimbingan skripsi dan minta tanda tangan buat proposal skripsi minggu lalu. penuh cobaan, rintangan, hambatan, dan itulah yang dinamakan perjuangan.

perjuangan skripsi dimulai dari hari senin. oke, proposal gue belom jadi, padahal gue udah niat mau pergi bimbingan pagi itu. akhirnya gue putuskan untuk tidak jadi pergi bimbingan, dan melanjutkan mengerjakan proposal. di saat gue sedang sibuk searching data di google, ai telpon. dia ngajak gue buat minta tanda tangan bu titik (dosen pembimbing satu -red). sempet mikir untuk gak ikut karna proposal gue belom kelar, akhirnya gue memutuskan untuk pergi bareng dia karena mikir takut gak sempet minta tanda tangan beliau.

perjalanan ke daerah grogol emang menguras energi, tenaga, pikiran, uang, dan kesabaran. gimana gak, mulai dari antrean baswe yang panjang, baswe yang penuh dan ac-nya gak kerasa (gue juga gak yakin itu ac-nya nyala), panasnya grogol, banyaknya tukang jajanan, orang-orang yang pada makan (itu suasananya kayak bukan lagi bulan puasa. suer!), nunggu balesan sms dari bu titik yang lama, nunggu lift yang penuh, naek tangga sampe lantai 3, sampe salah gedung. oke, melalui perjuangan yang sangat panjang, akhirnya gue dan ai bisa ketemu bu titik dan berhasil dapet tanda tangannya.

perjalanan kedua. rabu pagi gue memutuskan untuk pergi bimbingan ke pak nur sodiq (pembimbing sesungguhnya -red). setelah berkomunikasi via sms, diputuskan bahwa gue akan bertemu dengan beliau di gedung pegadaian pusat di daerah kramat. dengan niat tulus ikhlas gue memulai perjalanan ke kramat. dengan bekal pengetahuan daerah kramat dan tanya sana tanya sini sama petugas baswe, gue akhirnya turun di halte kramat sentiong. dan gue terperangah. jalanan menuju gedung pegadaian itu lumayan jauh, dan PANAS. oke, gue tidak akan mempermasalahkan jauhnya, tapi panasnya itu loh! dahsyat!

sampe di gedung pegadaian gue masih harus menunggu pak nur selesai meeting. yak, yang ini gak masalah karena gue menunggu di ruangan yang ber-ac. setelah menunggu lebih kurang 15 menit, gue dipanggil ke ruangan beliau. sambil menyerahkan draft proposal yang udah diprint, gue berharap-harap cemas supaya gak ada yang perlu direvisi. tapi harapan gue sia-sia, baru baca judulnya, pak nur uda nanya, "ini masih boleh dicoret-coret kan?". dengan berat hati gue mengangguk. dan otak gue cepet berpikir. yak dan judulnya pun dicoret sedikit, otomatis gue harus ubah judul di lembar pengesahan yang udah ditandatangani oleh bu titik. itu artinya, gue harus minta tanda tangan bu titik lagi. yes!

pulang dari bimbingan di gedung pegadaian, gue masih harus ke kampus buat beli kertas cover. gak lupa bikin janji (lagi) sama bu titik buat minta tanda tangan. pulang dari kampus gue memutuskan untuk naek P20. dalam pikiran gue adalah, ya hemat ongkos 1500 lah dibanding kalo gue harus naek baswe lagi. tapi ternyata itu adalah pilihan yang salah! kuningan-mampang-buncit-pejaten-pasar minggu-cilandak panas. gila-gilaan. sampe rumahpun gue cuma bisa tepar dan guling-guling di lante.

malemnya waktu gue cerita sama bokap gue bahwa judul gue direvisi sedikit, bokap gue dengan tampang innocent dan perasaan tidak bersalah bilang, "padahal hati kamu nangis kan tuh waktu pak nur nyoret judulnya". yak, bapak benar. tapi mbok ya ngasih semangat gitu loh, bukannya malah ngatain. bikin semangat gue nge-drop.

besoknya (hari kamis), gue janjian ketemu bu titik untuk minta tanda tangan di gedung maksi ui. daerah salamba. yak, saya tau. itu emang daerah panas (lagi). tapi dengan semangat yang masih membara gue membulatkan tekad. paling gak, halte baswenya tepat di depan ui, gak pake jalan jauh lagi. tapi ternyata, cobaan gak berenti datang menghampiri. kali ini ada baswe gandeng yang mogok di perempatan matraman. alhasil, baswe yang laen jadi terhambat jalannya. lama, panas, dan antrian makin panjang.

sampe di ui salemba, gue dengan ke-pede-an tingkat tinggi langsung menuju gedung belakang. karena gue udah pernah ke maksi sebelumnya, gue ngerasa gak perlu nanya satpam lokasi gedung itu. di tengah jalan, gue masih yakin dengan jalur yang gue lalui. sampe ujung dan liat parkiran, hati gue mulai menciut. kayaknya gue salah jalan nih. yak, tanpa basa basi gue ke depan lagi, dan lewat gedung tengah. masuk sambil celingak celinguk dan gue tetep gak mengenali daerah itu. keluar dari gedung, ketemu matahari lagi. dan masih pede gak mau nanya, gue lanjut aja jalannya. sampe akhirnya gue ngerasa capek muter-muter, gue ketemu mas-mas dan akhirnya memutuskan untuk bertanya. dan jawaban mas itu membuat gue semakin lemes. gue kelewatan, dan salah jalan. sempurna.

setelah mendapat petunjuk dari mas itu, gue menuju gedung maksi ui dan naik ke lantai 2 (makasi maksi, karena tidak menyediakan eskalator). ketemu bu titik, basa basi sebentar, dan bu titik komentar. "padahal cuma tanda tangan 3 lembar ya, din. tapi kok susahnya minta ampun". ya, itu juga yang ada di kepala saya bu. kalo gak malu, pengen rasanya garuk garuk meja.

selesai minta tanda tangan (yang cuma) 3 lembar itu, gue memutuskan untuk sholat dzuhur dulu di maksi ui. selesai sholat, gue keluar gedung dan melihat tempat parkir yang sama seperti yang gue lihat pertama kali. laaa laaa laaa, senangnya hatiku karena ternyata jalur yang gue lewati pertama kali itu udah bener, tinggal belok sedikit, dan gue malah muter-muter ke depan.

keluar dari komplek ui salemba, badan gue uda lemes luar biasa, ditambah sengatan matahari yang kayaknya gak ada kompromi buat gue. tenggorokan kering, setan datang menggoda. air, air, saya butuh air. bahkan saking ausnya, gue pun ngiler liat botol teh botol kosong. luar biasa memang godaan saiton. dengan tetap menguatkan iman, gue pun naik baswe menuju rumah (untung gak perlu ke kampus lagi). dan yah,  seperti bisa ditebak. gue pun kembali hanya bisa berguling-guling di rumah untuk menghilangkan hawa panas yang masih nempel di badan.

yang ada di otak gue waktu itu dan masih ada hingga saat ini adalah, apakah itu tantangan untuk bisa menjadi seorang sarjana? ataukah cobaan dalam menjalankan ibadah puasa? menurut gue jawabannya adalah DUA DUANYA!

gue hanya bisa berdoa semoga Allah  SWT selalu meridhoi segala usaha yang sudah gue lakukan. amien :)

Jumat, 20 Agustus 2010

--- Mbak Nita ---

Awal gue mengenal dia adalah Bulan Januari 2010. Waktu itu gue diminta tolong oleh Bu Lila untuk bantu-bantu di acara seminar yang diadakan oleh kantor beliau. Kesan pertama yang gue tangkep adalah, mbak yang satu ini pasti caur. Dan ternyata feeling gue gak salah. Dia emang caur, sangat caur kalo boleh dikatakan.

Yeah, namanya Mbak Nita.

Gue seneng berteman dengan dia. Bukan, bukan karena dia suka nraktir. Bukan juga karena dia pernah beliin gue buku. Tapi karena dia menyenangkan. Karena dia mau berteman dengan gue yang notabene masih bocah. Dan yang terpenting, dia selalu rendah hati.

Beberapa minggu yang lalu, gue mendengar kabar yang mengejutkan dari Mbak Dian (salah satu temen Mbak Nita di kantor -red). Mbak Nita mau pindah kerja. Ke Cikarang. Awalnya sempet gak percaya. Bukan, bukan karena gue lebay dan gak mau kehilangan Mbak Nita. Tapi karena awalnya gue pikir Mbak Dian bercanda. Setelah gue bertanya langsung ke pihak yang bersangkutan, gue baru percaya. Ya, Mbak Nita emang mau pindah kerja. Tiga minggu lagi tepatnya.

Selama hampir delapan bulan gue mengenal dia, banyak pelajaran yang dia kasih ke gue. Seperti minggu lalu saat gue, Indah, dan Mbak Nita buka puasa bareng di salah satu tempat makan di sekitar kampus. Bisa dikatakan itu adalah saat-saat terakhir kebersamaan kita (mellow dikit, hee..).

Di momen itu, Mbak Nita banyak cerita (ciri khas dia, bawel dan suka ngomong. hee..) Dia bilang dunia kerja itu beda banget sama dunia kuliah. Kalo waktu kuliah lo nemuin temen yang suka cari muka di depan dosen, dan menurut lo itu merupakan hal yang nyebelin, maka di dunia kerja mungkin lo akan bertemu orang yang lebih nyebelin dari itu. Kalo di dunia perkuliahan lo pernah ngalamin 'sikut-sikutan' sama temen supaya bisa mendapatkan hasil terbaik, maka di dunia kerja hal itu akan lebih sering lo alami.

Ya, gue rasa itu bener. Dan nasehat Mbak Nita yang paling gue inget adalah, jangan pernah lupa untuk ucapkan kata tolong ketika kita memang membutuhkan bantuan orang lain dan jangan lupa ucapkan terima kasih saat kita sudah menerima bantuan.

Hari ini, hari pertama Mbak Nita di kantor baru. Gue berharap Allah selalu memberikan dia kemudahan untuk hidupnya. Amien.


Note:
Tulisan ini gue dedikasikan untuk Mbak Yunita Pratamasari atas pertemanan kita selama ini. Makasi karena sudah menjadi teman dan kakak yang baik. Sukses selalu ya Mbak :)

Minggu, 15 Agustus 2010

Valentino Rossi


Dari pertama kali gue tau MotoGP (sekitar tahun 2001), gue sudah terpukau dengan nama Valentino Rossi. Dan ketika gue sudah mengerti tentang MotoGP, gue yakin bahwa Valentino Rossi adalah seorang legenda MotoGP.

Sembilan tahun berlalu sejak pertama kali gue mengagumi sosok Rossi. Hingga kini gue merasa bahwa gue semakin mengagumi sosoknya.

Bukan karena dia sudah sembilan kali menjadi juara dunia.
Bukan pula karena ketampanan wajahnya.

Tapi karena kemampuan dia untuk memaksimalkan bakat yang sudah Tuhan berikan kepadanya.
Karena sifatnya yang tidak pernah mau menyerah.
Karena sifatnya yang selalu berjuang sampai garis finish.
Karena sifat rendah dirinya.
Karena sifat humornya.
Karena kebiasaannya merayakan kemenangannya.
Dan karena kemampuannya untuk membuat balapan menjadi sangat menarik.

Ya, kemampuannya yang terakhir lah yang membuat gue menjadi tergila-gila padanya.

Gue yakin dengan kemampuan alami yang dia punya, ditunjang dengan kemampuan tunggangannya, ia bisa saja melesat jauh meninggalkan para pesaingnya saat ia sedang memimpin balapan. Tapi dia gak pernah melakukan itu.

Belum ada pembalap yang bisa membuat balapan menjadi sangat menarik saat pembalap itu berada di posisi terdepan kecuali Valentino Rossi.




Rabu, 11 Agustus 2010

Teman? Masih kenal aja udah bagus :D

Beberapa saat yang lalu, gue terlibat perbincangan dengan seorang teman, namanya Titut (maap ya sebut merk). Dia cerita kalo dia lagi kesel sama salah seorang dari temen kita berdua (sebut saja dia Fulan). Titut merasa bahwa sekarang sikap Fulan berubah. Entah hanya kepada dia, atau mungkin juga sikapnya ke orang lain.

Dari percakapan itu, gue kembali teringat dengan berbagai percakapan gue dengan Fulan beberapa bulan belakangan ini. Gue pun merasakan bahwa ada yang berubah dari diri Fulan, entah apa itu. Fulan yang sekarang, jauh berbeda dengan Fulan yang dulu gue kenal. Entah cuma perasaan gue atau tidak, tapi gue merasa bahwa sikap dia hanya berubah terhadap gue dan mungkin juga terhadap Titut. Gue tidak merasakan perubahan sikap dia ke temen-temen yang lain. Entah kata apa yang tepat untuk menggambarkan dia sekarang. AROGAN? Gue rasa kata itu tidak terlalu tepat untuk menggambarkan sosok Fulan saat ini. Tapi gue merasa bahwa kata itu cukup bisa mendeskripsikan sifat Fulan saat ini.

Gue juga gak ngerti kenapa terkadang dia bisa seenaknya bersikap ke gue. Hari ini dia baik, besok dia cuek. Pagi ini dia ramah, siangnya dia garang. Apa kata yang tepat untuk menggambarkan orang yang bersikap seperti itu ke kita? Teman. Apakah kata itu cukup tepat?

Apakah seorang teman akan bersikap seolah dia tidak mengenal kita jika suatu ketika bersimpangan jalan di koridor kampus?

Apakah seorang teman tidak peduli dengan sms dari kita padahal dia tau bahwa jawaban dari sms itu sangat penting untuk kita?

Apakah seorang teman tidak peduli dengan kritik kita padahal mungkin dia tau bahwa dia salah?

Gue anggap dia teman karena gue selalu bersikap ramah sama dia bagaimanapun suasana hati gue,

Gue anggap dia teman karena gue selalu berusaha membalas sms dari dia ketika gue tau bahwa dia sangat membutuhkan jawaban dari sms itu,

Gue anggap dia teman karena gue berusaha memperbaiki diri setelah mendapat kritik dari dia.

Tapi apakah gue di mata dia?

Apakah dia juga mengganggap gue sebagai temannya?

Dulu iya, sekarang? Entahlah.

Dia masih kenal gue aja udah bagus :D

Senin, 12 Juli 2010

Renungan Malam

Sekedar ingin mengisi waktu luang yang gue punya (walaupun sebenernya udah dikejar-kejar buat nyelesai-in proposal skripsi)

Yeah, oke saya dikejar oleh deadline proposal skripsi!

Akhirnya gue merasakan akibat dari kebiasaan buruk gue, yaitu suka menunda-nunda menyelesaikan pekerjaan. Proposal skripsi yang harusnya bisa gue cicil kerjain dari bulan lalu, gak pernah gue sentuh. Sampai akhirnya di saat temen-temen gue sudah bisa rehat sejenak menikmati libur sambil menunggu waktu pengerjaan skripsi, yang gue lakukan adalah heboh dengan proposal skripsi yang baru mau gue kerjain.

Dan, gue semakin terpuruk (bahasa lebaynya) ketika membaca status YM temen gue yang bunyinya adalah,

'kesuksesan tidak akan lahir dari orang yang malas'

Oke, saya tertampar. Gue bisa artikan status itu ke dalam bahasa gue. Bahwa, jangan berharap jadi orang sukses deh, kalo lo males.

Ya, ya, ya.

Gue sadar, bahwa gue males.

Gue sadar, bahwa selama ini gue sudah menjadi orang yang sangat merugi.

Gue sadar, bahwa selama ini gue udah nyia-nyiain waktu yang udah Allah kasih ke gue buat hal-hal yang kurang bermanfaat.



Oke, gue dapet dua poin penting malam ini.

1. Kalo mau sukses jangan males; dan

2. Kalo mau sukses jangan suka nunda-nunda pekerjaan.


Terima kasih buat temen gue Ika Merdekawati yang sudah 'menampar' gue dengan statusnya itu.